29 Agustus 2010

TASAWUF DAN UNSUR YUNANI.



Kebudayaan Yunani seperti filsafat telah masuk ke dunia Islam mulai pada akhir Daulah Amamiyah dan puncaknya pada masa Daulah ‘Abbasyiah ketika berlangsung zaman penerjemah filsafat Yunani. Dengan kegiatan penerjemahan itu maka banyak buku buku filsafat, disamping buku buku lainnya yang dipelajari umat Islam. Ini seperti merupakan proses pengenalan umat Islam pada metode berpikir filosofis. Metode metode berpikir filsafat ini juga telah mempengaruhi pola pikir sebagian orang Islam yg ingin berhubungan denga Alloh.
Pada persoalan ini tasawuf yg terkena pengaruh Yunani adalah yg kemudian diklasifikasikan sebagai tasawuf yg bercorak filsafat. Hal ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi, al-Kindi, Ibnu Sina terutama dalam uraian tentang filsafat jiwa. Dongkian juga pada uraian uraian tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi, dan sebagainya. Dalam tasawuf ajaran ajaran mereka banyak dimasuki paham pemikiran Yunani. Misalnya perkataan: “Apabila sudah baik seseorang hanya menepukukan sedikit malam. Dan apabila sudah baik, hati manusia hanya memerlukan sedikit hikmat”.
Ahli ahli sejarah seperti Syaufan menerangkan bahwa banyak bagian dari berita “Seribu Malam” berasal dari Yunani. Orang Yahudi meskipun menyerahkan dirinya sebagai orang Islam, tetapi tidak mau meninggalkan agamanya, bahkan berusaha menarik orang orang Islam kepada agamanya. Memang sulit juga untuk dipungkiri bahwa dalam peradaban Islam, terutama pada masa dua Dinasti di atas, yakni ketika tengah berlangsungnya era penerjemahan, telah masuk paham paham yg bersumber filsafat Yunani, misalnya filsafat mistik Pythagoras. Kita mendapati uraian Pythagoras yg mengatakan bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai org asing. Jasmani merupakan penjara bagi roh. Kesenangan roh yg sebenarnya ialah alam samawi, dan manusia harus membersihkannya dengan meninggalkan hidup materi yaitu zuhud, untuk selanjutnya berkontemplasi. Ajaran Pythagoras agar meninggalkan dunia dan pergi berkontemplasi inilah menurut pendapat sebagian org yg mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam.
Selain itu ada pendapat lain yg mengatakan bahwa masuknya filsafat ke dunia Islam melalui mazhab paripatetic dan Neo Platonisme. Mazhab yg pertama (paripatetic) kelihatannya lebih banyak masuk ke dalam bentuk skolastisisme ortodoks (kalam). Sedangkan untuk Neo Platonisme lebih masuk kepada dunia tasawuf. Filsafat emanasinya Plotinus yg mengatakan bahwa wujud ini memancarkan dari Dzat Tuhan Yang Maha Esa menjadi salah satu dasar argumentasi para orientalis dalam menyikapi asal mula tasawuf di dunia Islam.
Dalam emanasinya Plotinus menjelaskan bahwa Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi, roh menjadi kotor dan untuk dapat kembali ke tempat asalnya, roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Pensucian roh dilakukan dengan cara meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin kalau bisa bersatu dengan Tuhan. Ketika ajaran Neo Platonisme berhasil menyusup ke dalam tasawuf maka yg pertama terjadi adalah penolakan terhadap “keberbedaan” benda benda (ghoiriyat) dari Alloh. Di bawah pengaruh ajaran Plotinus, gejala gejala tidak dianggap sebagai berbeda dari Alloh tetapi dianggap identik enganNya. Akibat lain dari Neo Platonisme, adalah bahwa benda yg bukan merupakan satu satunya objek mulai dianggap sebagai satu satunya objek dan objek yg sebenar benarnya justru diabaikan.
Pencapaian yg lebih tinggi yg sebenarnya hanya merupakan akibat sampingan dan mereka memunculkan sendiri mulai dianggap sebagai satu satunya objek. Apabila diperhatikan ternyata cara kerja filsafat adalah bahwa segala sesuatu diukur menurut akal pikiran. Namun dengan kemunculan filsafat alira Neo Platinisme agaknya filsafat lebih menyentuh hal yg lebih metafisik atau supranatural terutama dalam persoalan pengenalan diri manusia di hadapan Tuhan. Ungkapan Neo Platoisme, misalnya “Kenalilah dirimu dgn dirimu”, kemudian diambil oleh para sufi menjadi ungkapan “Siapa yg mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya”.
Hal ini bisa jadi mengarah kepada munculnya teori Hulul, Wahdat al Syuhud, dan Wahdat al Wujud. Tidak syak lagi bahwa cara berpikir kelompok Neo Shopi (sufi berketuhanan dan filosof) seperti al Farabu, Ibnu ‘Arabi, dan al Hallaj banyak dipengaruhi oleh filsafat.

Tidak ada komentar: